LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN
PROSES OKSIDASI DAN PROSES RESPIRASI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Praktikum Fisiologi Hewan yang Diampu Oleh : Siti Nurkamilah, M.Pd
Disusun Oleh :
Nadia Muwahidah 15542031
Ade Lisna 15543005
Yani Juniarti 15543007
Dini Rahmayanti 15544005
Teguh Imshan Karim 15544006
Neng Saadatul Muharomah 15544007
Program Studi Pendidikan Biologi
Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
STKIP - GARUT
2017
I. Judul Percobaan
Proses Oksidasi dan Proses Respirasi
II. Tujuan
1. Memahami proses respirasi anaerobik (Fermentasi)
2. Memahami proses oksidasi dalam masa respirasi
III. Landasan Teori
Di dalam semua tubuh mahkluk hidup terjadi suatu proses kimiawi atau sering kita sebut sebagai proses metabolisme, proses ini merupakan pertukaran zat dengan lingkungannya. Menurut Kimball (1988), metabolisme adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan semua reaksi kimia yang terlibat dalam mempertahankan keadaan hidup sel-sel dan organisme. Metabolisme itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “metabole” yang berarti perubahan, dapat kita katakan bahwa makhluk hidup mendapat, mengolah dan mengubah suatu zat melalui proses kimiawi untuk mempertahankan hidupnya. Perubahan itu memiliki dua pengertian, pertama yaitu perubahan menjadi senyawa yang lebih kompleks di sebut anabolisme, dan yang kedua yaitu perubahan menjadi senyawa yang lebih sederhana di sebut katabolisme.
Anabolisme adalah proses penyusunan senyawa kimia yang sederhana ke senyawa kimia atau molekul kompleks. Peristiwa tersebut memerlukan energi dari luar. Kemudian, energi itu digunakan untuk mengikat senyawa sederhana menjadi senyawa yang lebih kompleks. Dengan demikian, pada proses ini energi yang diperlukan tidak akan hilang. Namun tersimpan dalam bentuk ikatan-ikatan kimia pada senyawa atau materi kompleks yang baru terbentuk. Energi yang digunakan dalam anabolisme dapat berupa energi cahaya atau energi kimia. Anabolisme yang dari energi cahaya disebut dengan fotosintetis, sedangkan anabolisme dari energi kimia disebut dengan kemosintetis.
Sedangkan yang dimaksud dengan katabolisme yaitu reaksi penguraian senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana dengan bantuan enzim. Penguraian senyawa ini menghasilkan atau melepaskan energi berupa ATP yang biasa digunakaan organisme untuk beraktivitas. Katabolisme mempunyai dua fungsi yaitu menyediakan bahan baku untuk sintesis molekul lain, dan menyediakan energi kimia yang dibutuhkan untuk melakukan aktivitas sel. Reaksi yang umum terjadi adalah reaksi oksidasi. Reaksi Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen. (Sri Widya : 2000). Energi yang dilepaskan oleh reaksi katabolisme disimpan dalam bentuk fosfat, terutama dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat) dan berenergi elektron tinggi NADH2 (Nikotilamid adenin dinukleotida H2) serta FADH2 (Flavin adenin dinukleotida H2) (Guyton, 1997). Adapun proses katabolisme yang akan dibahas adalah mengenai respirasi.
Respirasi dilakukan oleh semua sel penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1. Respirasi aerobik, yaitu respirasi yang menggunakan oksigen bebas untuk mendapatkan energi.
2. Respirasi anaerobik, yaitu respirasi yang tidak membutuhkan oksigen bebas untuk mendapatkan energi.
Pada proses respirasi aerobik dibagi dalam tiga tahapan, yaitu glikolisis, siklus krebs, dan transfer elektron. Keseluruhan proses katabolisme 1 glukosa melalui respirasi aerobik, dihasilkan 38 ATP, dengan perincian sebagai berikut:
Glikolisis : 2 NADH + 2 ATP = 8 ATP
Oksidasi dari piruvat : 2 NADH = 6 ATP
Siklus Krebs : 6 NADH + 2 FADH + 2 ATP = 24 ATP
Sedangkan pada proses respirasi anaerobik dapat terjadi pada manusia dan hewan jika tubuh memerlukan energi secara cepat. Pada mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, respirasi anaerobik dilakukan karena keadaan lingkungan yang tidak memungkinkan dan belum memiliki sistem metabolisme yang kompleks. Salah satu contoh proses ini adalah proses fermentasi.
Respirasi anaerobik dapat terjadi karena saat tahap glikolisis pada respirasi aerobik, glukosa dapat dipecah untuk menghasilkan total 2 ATP dan tidak memerlukan oksigen. Meskipun energi yang dihasilkannya jauh lebih kecil dari pada respirasi aerobik, jumlah ini cukup bagi mikroorganisme dan energi awal bagi hewan.
Selain menghasilkan ATP, glikolisis juga menghasilkan NADH dan NAD+. Tanpa suplai NAD+ yang memadai, proses glikolisis pada respirasi anaerobik dapat terhenti. Oleh karena itu, organisme yang melakukan respirasi anaerobik harus mampu mengoksidasi NADH menjadi NAD+ kembali. Berdasarkan hal tersebut terdapat dua cara respirasi anaerobik yang dilakukan organisme, yaitu:
1. Fermentasi alkohol, contohnya dilakukan oleh bakteri Saccharomyces
2. Fermentasi asam laktat
Bakteri Saccharomyces cerevisiae
Kingdom : Fungi
Filum : Ascomycota
Kelas : Saccharomycotina
Ordo : Saccharomycetes
Famili : Saccharomycetaceae
Genus : Saccharomyces
Spesies : Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces merupakan genus Khamir / Ragi yang memiliki kemampuan mengubah glukosa menjadi alkohol dan CO2. Saccharomyces merupakan mikroorganisme bersel satu tidak berkloroform, termasuk termasuk kelompok Eumycetes. Tumbuh baik pada suhu 30oCdan pH 4,8. Beberapa kelebihan saccharomyces dalam proses fermentasi yaitu mikroorganisme ini cepat berkembang biak, tahan terhadap kadar alkohol yang tinggi, tahan terhadap suhu yang tinggi, mempunyai sifat stabil dan cepat mengadakan adaptasi.Menurut Dr. Anton Muhibuddin, beberapa spesies Saccharomyces mampu memproduksi ethanol hingga 13.01 %.
Hasil ini lebih bagus dibanding genus lainnya seperti Candida dan Trochosporon. Pertumbuhan Saccharomyces dipengaruhi oleh adanya penambahan nutrisi yaitu unsur C sebagai sumber carbon, unsur N yang diperoleh dari penambahan urea, ZA, amonium dan pepton, mineral dan vitamin. Suhu optimum untuk fermentasi antara 28 – 30 oC. Beberapa spesies yang termasuk dalam genus ini diantaranya yaitu Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces boullardii, dan Saccharomyces uyarum.
IV. Alat dan Bahan
Alat-alat :
1.
Tabung reaksi berukuran 50 mL sebanyak 6 buah
2.
Beaker gelas berukuran 500 mL sebanyak 1 buah
3.
Kaki tiga dengan kawat kasa sebanyak 1 buah
4.
Pembakar spirtus sebanyak 1 buah
5.
Thermometer sebanyak 1 buah
7.
Pipet tetes sebanyak 1 buah
8.
Penjepit tabung reaksi sebanyak 1 buah
9. Gelas Ukur sebanyak 1 buah
Bahan-bahan :
1.
Larutan Ragi dalam 125 cc larutan sukrosa 10%
2.
Kapas secukupnya
3.
Larutan Glukosa 10%
4.
Methylen Blue
V. Prosedur Kerja
1. Dipersiapkan semua alat dalam keadaan bersih
2. Disediakan air keran 400 mL di dalam Beaker gelas berukuran
500 mL untuk dipanaskan
dengan suhu 35°C - 40°C, pemanasan tidak boleh kurang
dari 35°C atau lebih dari 40°C
3. Dipersiapkan alat Tabung reaksi
4. Salah satu Tabung reaksi dimasukan 5 mL larutan ragi
kemudian dipanaskan sampai titik
didih dengan ciri keluarnya gelembung
5. Dipersiapkan ragi yang dipanaskan dengan yang tidak
dipanaskan untuk perbandingan
percobaan
6. Dipersiapkan label A, B, C dan D untuk masing-masing
tabung reaksi
7. Setelah itu Dimasukan 1 mL larutan ragi yang dipanaskan
ke tabung reaksi A dan C dan
dimasukan 1 mL pada ragi yang tidak dipanaskan ke
dalam tabung reaksi B dan D
8. Ditambahkan masing-masing 1 mL larutan glukosa 10% dan 1
mL Methylen Blue
9. Kemudian diencerkan dengan tambahan aquadest 5 mL
10. Pada Tabung A dan C Ditutup menggunakan kapas secukupnya
sampai tidak ada udara yang
masuk, sedangkan pada tabung B dan D dibiarkan
terbuka
11. Dimasukan semua tabung reaksi kedalam beaker gelas yang
berisi air keran dengan suhu
35°C - 40°C
12. Dicatat perubahan warna pada masing-masing
tabung reaksi A, B, C dan D setiap 10 menit
13. Pengamatan dilakukan sebanyak 4 kali berturut-turut
selama 40 menit
14. Semua pengamatan Dibandingkan hasilnya
VI. Hasil Pengamatan
Tabung
|
Warna
|
|||||||
Sebelum
|
Sesudah
|
|||||||
10’
|
10’
|
10’
|
10’
|
|||||
A
|
Biru
|
Biru
|
-
|
-
|
- -
|
|||
B
|
Biru
|
Biru
|
-
|
-
|
- -
|
|||
C
|
Biru
|
- -
|
- - -
|
- - -
|
- - - -
|
|||
D
|
Biru
|
- - -
|
- - - -
|
- - - -
|
- - - -
|
|||
HASIL AKHIR
|
||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
|||||
Terdapat
sedikit endapan
|
Terdapat
sedikit gelembung
|
Terdapat
gelembung yang cukup banyak
|
Terdapat
endapan dan gelembung yang cukup banyak
|
|||||
Keterangan :
Agak memudar = -
Memudar = - -
Sangat pudar = - - -
Sangat pudar sekali = - - - -
VII. Pembahasan
Pada praktikum
ini kami melakukan pengamatan pada uji merabolisme larutan ragi atau Sacharomices
cereviceae untuk diketahui proses reslirasi yang terjadi.
Ragi merupakan
bakteri yang bersifat anaerob fakultatif yang artinya sacharomises sereviceae dapat
menghasilkan ATP secara repirasi aerobik atau dengan bantuan oksigen namun juga
dapat melakukan proses fermentasi dengan bahan yang digunakan gula, salah
satunya yang kami gunakan pada praktimum kali ini adalah larutan glukosa. Untuk
mengetahui proses respirasi yang berlangsung dilakukan pada 4 tabung reaksi dengan perlakuan berbeda. Untuk hasilnya yaitu :
1.
Tabung
A
Pada praktikum yang telah kami
lakukan pada kali ini ada 4 tabung yang
diamati, dimana keempat tabung ini diberi label A, B, C dan D. Tabung A dan B
diberi larutan ragi yang sudah dipanaskan sampai mendidih kira-kira 1-2 menit,
sedangkan C dan D larutan ragi nya tidak dipanaskan. Keempat tabung tersebut
diberi larutan Methylen
blue (1 cc) , larutan glukosa 10 % dan 5 cc akuades. Tabung A dan C di tutup
menggunakan kapas dengan rapat agar tidak ada oksigen yang masuk. Sedangkan
tabung B dan D tidak di tutup dengan kapas melainkan di biarkan terbuka. Setelah
melakukan tahapan-tahapan tersebut, proses selanjutnya adalah dimasukan ke empat tabung reaksi ke dalam
gelas kimia yang berisi air dengan suhu 35°C - 40°C,
kemudian mengamati perubahan warna yang terjadi selama empat kali pengulangan
dalam jangka waktu 40 menit (10 menit untuk satu kali pengulangan).
Dan dari
hasil pengamatan yang telah kami lakukan, maka jelas terdapat perbedaan kondisi
dari keempat tabung reaksi yang diamati. Tabung A merupakan cairan gist yang
dipanaskan dan dicampurkan dengan methylene blue (1 cc) , larutan glukosa 10%,
dan 5 cc akuades kemudian dikocok serta keadaan tabung tertutup dengan kapas.
Pada 10
menit pertama tabung A belum mengalami perubahan dan warnanya masih tetap biru,
pada 10 menit kedua warna yang tedapat pada tabung A agak memudar dan tidak
terdapat endapan , pada 10 m3enit pengulangan ketiga pada tabung A terdapat
sedikit endapan biru dan bergelembung sedangkan Keadaan akhir tabung A setelah 40 menit(10 menit ke 4) berlalu dan berada di dalam suhu 35°C - 40̊OC
adalah cairan di dalam tabung berwarna biru namun hampir hilang (memudar) dan tidak terdapat
gelembung tetapi terdapat endapan dengan 2 lapisan, lapisan mendasar paling
bawah berwarna putih, sedangkan lapisan kedua yang berada diatasnya berwarna
biru.
Pada tabung A perubahan warna yang
terjadi sangat sedikit dan lambat karena faktor pemanasan sehingga organisme
yang melakukan respirasi mati dan tidak aktif pada saat dilakukan pemanasan dan
hal tersebut menghambat proses respirasi yang terjadi pada tabung A.
2.
Tabung
B
Pada
praktikum tabung reaksi B diberi uji larutan
ragi yang dipanaskan dan di tambah larutan aquades dan metilen blue
tetapi tidak di tutup dengan kapas. Pada sepuluh menit pertama terjadi
perubahan warna yang sangat sesikit. Larutan tetap berwarna biru namun sangat
sedikit memudar. Pada 10 menit kedua dan ketiga terjadi perubahan warna agak pudar dan menit ke 4 warna
larutan menjadi memudar. Perubahan warna yang terjadi
sangatlah sedikit. Hal ini menunjukan bahwa ragi atau jamur
hanya sedikit bereaksi
yang di sebabkan oleh pemanasan ragi. Pemanasan ragi tersebut mengakibatkan banyak
mikroorganisme mati maka dari itu reaksi yang
terjadi sangat lambat.
Akan
tetapi reaksi pada tabung reaksi b lebih cepat dibanding dengan reaksi pada
tabung A. Hal ini menunjukan bahwa terjadi proses respirasi aerob atau reaksi
dengan menggunakan oksigen sehingga
reaksi menjadi lebih cepat di banding tabung A yang di tutup. Oksigen
tersebut digunakan untuk pertumbuhan bakteri tersebut. Terdapat sedikit gelembung yang terdapat pada
tabung B menanndakan bahwa reaksi tersebut juga m enghaslkan CO2
3.
Tabung
C
Pada
tabung C mendapatkan perlakuan yang berbeda dengan tabung-tabung yang lainnya
yaitu dengan di tutup oleh allumunium foil sehingga tidak ada oksigen yang
keluar masuk sehingga pada tabung C terjadi perubahan warna yang menandakan terjadinya
proses respirasi. Proses respirasi ini disebut dengan respirasi anaerob, yaitu
respirasi yang berlangsung tanpa memerlukan oksigen dalam jumlah yang besar,
sehingga proses yang terjadi berlangsung cukup lama. Hal tersebut dapat di
buktikan dari hasil pengamatan pada tabung C yang mengalami perubahan warna
atau memudarnya warna biru yang cukup lama berbeda dengan tabung D yang
perlakuannya di biarkan terbuka sehingga oksigen dapat keluar masuk secara
bebas dan proses respirasi yang terjadi pun berlangsung cukup cepat.
Dan
juga pada tabung C larutan gistnya tidak di panaskan yang memungkinkan
organisme pada larutan masih hidup dengan baik dan melakukan respirasi secara anaerob sehingga warna larutan di dalam tabung lebih cepat
berubah menjadi lebih jernih dari warna sebelumnya dibandingkan dengan tabung
yang di panaskan.
4.
Tabung
D
Sedangkan
perlakuan pada tabung D dibiarkan terbuka sehingga oksigen dapat keluar masuk
secara bebas dan proses respirasi yang terjadi pun berlangsung cukup
cepat, karena mikroorganisme yang bekerja pada tabung tersebut
mendapatkan energi yang cukup untuk melakukan respirasi secara optimal. Hal
tersebut ditandai dengan terjadinya perubahan warna biru menjadi putih yang
cukup cepat yaitu pada 10 menit ke 2, Respirasi ini dinamakan dengan respirasi
aerob.
VIII. Kesimpulan
Pada tabung reaksi yang yang
melakukan respirasi secara anarobik atau fermentasi terjadi pada tabung A dengan
ragi yang dipanaskan dan tabung C yang tidak dipananaskan keduanya di tutup
oleh kapas agar tidak ada udara atau disebut juga respirasi anaerob. Dari keduana dapat dilihat bahwa yang
melakukan respirasi anaerob lebih cepat yaitu pada tabung reaksi C dengan ragi
yang tidak dipanaskan karena mikroorganisme masih hidup.
Proses oksidasi dalam masa respirasi
terjadi pada respirasi aerob atau dengan bantuan oksigen. Bakteri saccharomises
cereviceae yang dapat hidup pada gula termasuk gula sederhana seperti glukosa yang kami gunakan, maka proses oksidasi dalam respirasi terjadi 3
tahap yaitu glikolisis, siklus krebs, dan fosforilasi oksdatif
Daftar Pustaka
http://www.softilmu.com/2014/01/pengertian-dan-proses-metabolisme.html
https://ardra.biz/sain-teknologi/ilmu-biologi-terapan/pengertian-metabolisme-katabolisme-anabolisme/
http://www.artikelsiana.com/2015/07/pengertian-katabolisme-anabolisme-metabolisme.html#
http://garnisah.blogspot.co.id/2011/11/respirasi-sel.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Saccharomyces
Lampiran
Proses Pemanasan pada suhu 35 - 40°C |
Hasil Akhir Pengamatan Perubahan warna |
Pertanyaan
1. Apakah yang dimaksud dengan respirasi sel ?
Jawab :
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
2. Apakah yang dimaksud dengan oksidasi ?
Jawab :
Reaksi Oksidasi dapat didefinisikan sebagai peristiwa kehilangan elektron atau kehilangan hydrogen, sehingga disebut juga reaksi dehidrogenasi. Bila suatu senyawa dioksidasi maka harus ada senyawa lain yang direduksi, yaitu akan memperoleh elektron atau memperoleh hydrogen.(Sri Widya : 2000).
3. Apa sebabnya terjadi perbedaan kecepatan perubahan warna antara tabung A, B dengan tabung C dan D ?
Jawab :
Perbedaan kecepatan perubahan warna pada keempat tabung terjadi karena jumlah bakteri (Saccaromyces) yang melakukan respirasi berbeda-beda. Adanya perbedaan jumlah bakteri dikarenakan perbedaan perlakuan pada masing-masing tabung yaitu pada tabung A dan B, larutan gist atau ragi didihkan terlebih dahulu, sehingga memungkinkan kandungan organisme yang ada dalam larutan mati atau berkurang akibatnya didalam tabung tidak terdapat aktivitas respirasi yang mengakibatkan air yang ada didalam tabung menjadi keruh. Hal inilah yang menyebabkan tabung A dan B mengalami perlambatan dalam perubahan warna. Sedangkan pada tabung C dan D larutan gist/ragi tidak dipanaskan sehingga warnanya cepat berubah karena organisme-organisme masih hidup dan melakukan respirasi, akibatnya larutan didalam tabung menjadi berwarna lebih jernih dibandingkan warna awal.
Tabung A terjadi proses respirasi anaerob dan reaksi berlangsung lambat
Tabung B terjadi proses respirasi aerob reaksi lebih cepat dibanding tabung A
Tabung C terjadi proses respirasi aerob reaksi lebih cepat dibanding tabung A
Tabung D lebih cepat dibanding tabung lain, karena tidak dipanaskan dan berlangsung secara aerob
Tidak ada komentar:
Posting Komentar